Senin, 02 September 2013

Miss World, Bentuk Pemaksaan Budaya Barat



Penolakan harus disampaikan dengan hikmah atau bijak.

JAKARTA -- Miss World murni muncul dari tradisi Barat. Karena itu, hendaknya masyarakat Muslim memahami kontes kecantikan itu tidak terlepas dari budaya Barat yang memamerkan aurat.

Wakil Rektor Institut Studi Islam Darussalam Gontor Dr Hamid Fahmy Zarkasyi menggelengkan kepala saat mengingat bagaimana Barat memberlakukan penyekakan terhadap tata berpakaian Muslimah.

Misalnya, Jerman dan Prancis tidak memperbolehkan Muslimah berjilbab saat masuk kantor. Negara-negara Barat lainnya masih ada yang intoleran terhadap jilbab.

“Sementara itu, kita diminta toleran terhadap Miss World yang memamerkan aurat di hadapan seluruh masyarakat dunia,” kata Hamid kepada Republika, Selasa (26/8).

Memang, menurutnya, ada aspek menggali kecerdasan wanita. Namun demikian, tetap saja tubuh dianggap sebagai keindahan untuk dipamerkan.

Sedangkan, Islam mengajarkan umatnya untuk menutup aurat. Hamid kemudian memaparkan, sah-sah saja jika kemudian umat Islam menolak penampilan dan kegiatan ini.

Penolakan harus disampaikan dengan hikmah atau bijak. Argumentasi berkaitan dengan bahaya ajang ini bagi kearifan lokal bangsa perlu disampaikan. Kemudian, harus ditunjukkan bahwa budaya Indonesia bertentangan dengan kegiatan tersebut.

Ada nilai kesantunan dan kesopanan yang harus dijunjung tinggi. Belum lagi nilai agama yang menjadi pegangan sekaligus pandangan hidup masyarakat Indonesia. “Banyak aspek yang mengarahkan perhelatan ini bermudharat,” ujarnya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan pernyataan yang menolak penyelenggaraan ajang pemilihan Miss Word di Indonesia. Namun, MUI tidak bisa berbuat apa-apa seandainya kontes tetap berlangsung.

Beberapa bulan yang lalu, organisasi-organisasi massa berbasis Islam mengadakan aksi unjuk rasa menolak penyelenggaraan Miss World di Bogor.

Guru Besar Hukum Islam IAIN Raden Patah, Palembang, Prof Ramli Said Ali menyatakan penampilan dan kegiatan ratu sejagad atau Miss World dan sejenisnya haram. “Termasuk, Abang None atau kontes apa pun yang memamerkan aurat itu dilarang,” katanya.

Memang, dia menjelaskan, ada saja aspek positifnya, seperti mempererat hubungan negara-negara. Kemudian, bisa juga memasyhurkan nama Indonesia di dunia internasional. Namun, menurutnya, aspek aurat harus tetap diperhatikan.

Kegiatan ini dinilainya akan semakin bagus bila yang ditonjolkan adalah aspek kecerdasan. Kemampuan penguasaan bahasa asing, misalkan.

Belum lagi keterlibatan dalam kegiatan sosial. Ditambah lagi dengan kemampuan berorasi. “Aspek kecerdasan semacam itu akan sangat bagus bila ditonjolkan. Jadi, bukan kecantikan yang jadi patokan,” kata Ramli.

Para kontestan Miss World ke-63 akan berada di Bali selama kurang lebih tiga pekan sebelum malam puncak yang dilaksanakan di Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada 28 September.

Beberapa bulan yang lalu, organisasi-organisasi massa berbasis Islam mengadakan aksi unjuk rasa menolak penyelenggaraan Miss World di Bogor.

Bagaimanapun, pihak penyelenggara sudah melakukan berbagai diskusi, termasuk dengan MUI. Indonesia akan menjadi ajang kontes buka aurat, padahal Indonesia merupakan negara mayoritas penduduk Muslim.

0 komentar:

Posting Komentar