Kaum Mujahidin ataukah Rezim Assad?
UNTUK apa Amerika dan beberapa negara Arab berada di hampir semua perbatasan Suriah sekarang ini? Sesederhanakah itu persoalan bahwa seribu, atau menurut perhitungan mereka sendiri—kurang dari itu, orang meninggal karena serangan senjata kimia oleh tentara Basyar al-Assad di Ghouta?
Jika iya, entah naif ataukah cenderung bodoh, bagaimana dengan kaum muslimin yang dibantai oleh militer Mesir selang kurang dari 10 hari sebelum waktu ini? Atau di Afghanistan? Di Iraq? Tom Cruise berperan sebagai Vincent dalam filmnya Collateral, usai menghabisi seorang lelaki, berkata telenges kepada Jammie Fox yang memprotesnya, “Ribuan orang mati di Rwanda, didn’t you give a damn?”
Konflik Suriah sudah berlangsung dua tahun. Selama itu, sudah sekitar 60.000 orang mati di negeri ini. Cara kematian mereka tentu lebih mengerikan daripada sekadar diserang dengan senjata kimia. Ketika media-media mainstream Barat sibuk mengabarkan aksi gagah nan heroik Amerika menyelamatkan rakyat Suriah, sementara sebagian pihak Islam juga ketar-ketir.
Kavkaz, misalnya. Media asal Kaukus ini menyatakan bahwa tujuan Amerika tidak hanya murni menyerang Assad, tapi juga memformat ulang posisi kaum mujahidin di salah satu negeri Syam ini. Amerika menyebutnya sebagai, tentu saja, kaum jihadis, Assad menyebutnya pemberontak, dan media Barat melabeli mereka sebagai teroris (ada bedanya?).
Itu sebabnya, masih menurut Kavkaz, komandan Mujahidin Syam saat ini tengah sibuk mengubah lokasi pangkalan dan pusat pelatihan Mujahidin; termasuk satu paket mengubah tempat pertemuan, menghindari penampilan publik, dan yang paling penting untuk terus menyimpan rapat rencana para mujahidin .
Pentagon, masih menurut Kavkaz, tinggal menunggu perintah sang Presiden Barack Obama.
Iran, yang merupakan sekutu dekat Suriah, mencoba menyalakan api lain. Dalam pernyataan publik yang ditujukan kepada Amerika, Menteri Omran al – Zoubi mengatakan serangan terhadap Suriah “akan menyalakan api” di Timur Tengah. Entah apa maksudnya, karena (padahal) api yang dimaksud sudah lama merembes sejak dari Afghanistan, Iraq, Tunisia, Libya, dan Mesir, namun dengan cara yang agak berbeda.
Jadi, darah siapa yang akan tumpah sebentar lagi? Yang pasti Assad dijamin akan tetap di kursi presiden. Allohu alam.
0 komentar:
Posting Komentar